Kita melihat dengan mata dan kita melihat dengan pikiran.
Melihat dengan pikiran disebut halusinasi atau imajinasi. Melihat dengan
keduanya kita menemukan gambaran yang komprehensif atas suatu benda atau suatu
hal. Manusia yang melihat hantu sebenarnya mereka sedang melihat ketakutannya
sendiri, manusia yang sedang melihat lawan jenis yang sexy, menarik, mereka
sedang melihat hasratnya sendiri. Keistimewaan otak manusia bukanlah
kemampuannya untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya secara objektif,
namun kemampuannya untuk melihat tidak sebagaimana adanya. Karena gambaran
objektif yang diperoleh mata diolah otak dan ditampilkan sebagai apa yang kita
lihat dan persepsi. Dan uniknya sebagian besar informasi yang diperoleh otak
untuk berpikir diperoleh melalui organ mata, bahkan otak berpikir dengan gambar
dan bukan dengan bunyi atau bau. Ketika ada informasi berupa bunyi atau aroma,
otak akan mempersepsi dengan gambar sebagai bunyi apa atau bau apa. Ketika ada
pernyataan "tidak ada manusia bertangan delapan" maka otak sudah
mempersepsi manusia dengan tangan delapan.
Lalu bagaimana manusia memperoleh informasi yang benar?
Dengan menggabungkan seluruh indera dan kemampuan analisa otak, kita akan
memperoleh informasi yang mendekati kebenaran. Ini merupakan salah satu problem
filosofi yang dikemukaan oleh Bertrand Russell dalam bukunya the problems of
philosophy. Indera manusia sangat terbatas, apa yang kita lihat, ketika dilihat
dibawah mikroskop ternyata sangat jauh berbeda, benda yang halus, ternyata
kasar, garis lurus ternyata bergerigi dan tidak lurus sama sekali, warna yang
kita lihat tidak seperti warna yang tampak dari mikroskop. Karena itu,
kebenaran manusia bukanlah kebenaran objektif, namun kebenaran perspectif.
Yaitu benar pada taraf tertentu. Jadi segala yang kita lihat, dengar, rasakan,
hanyalah imajinasi kita sendiri pada titik tertentu. Mereka bukanlah mereka apa
adanya secara objektif, mereka adalah persepsi kita secara subjektif.