Manusia alfa, entah bagaimana istilah ini muncul, adalah manusia unggulan, manusia kelas satu. Never do less than your best, If better is possible, just good is not enough. Doktrin seperti ini kerap kita dengar melalui mulut para motivator. Manusia alfa ini selalu dinisbahkan pada laki-laki, yaitu laki2 yang menjadi idaman betina dan menjadi idola karena kehebatan dan keunggulannya, sebagaimana singa alfa menguasai seluruh betina dalam kawanan.
Kehidupan singa alfa adalah kehidupan yang keras tanpa akhir, akan selalu bermunculan singa2 muda yang baru yang siap menantangnya untuk memperebutkan kekuasaannya. Dalam ranah filsafat kita tidak asing dengan konsep ini, Nietzsche menggambarkan manusia alfa ini sebagai manusia super Ubermench. Hidup bagi manusia alfa adalah ranah perebutan kekuasaan sebagai zero-sum-game, tentang menang dan kalah. Seorang alfa yang menguasai seluruh kawanan.
Kenapa laki-laki harus menjadi alfa? karena tujuan hidup adalah bertahan hidup, dan mesin bertahan hidup adalah betina. Pejantan alfa bisa memilih betina yang subur untuk melanjutkan keturunannya. Dengan demikian pejantan alfa adalah korban seleksi alam, mereka harus melakukannya untuk bertahan hidup. Para pejantan yang meninggalkan arena pertarungan alfa tidak akan mendapatkan betina. Lihatlah mereka yang berada di atas panggung, mereka menjadi idola para perempuan. Dan sesungguhnya kekuasaan yang diperebutkan itu hanyalah tentang kelamin, simbol eksistensi manusia. Menurut Sigmund Freud bahkan pertarungan memperebutkan kelamin ini telah terjadi jauh sebelum kita sadari, sejak bayi anak laki-laki ingin membunuh ayahnya untuk mendapatkan cinta ibunya, hasrat yang terpendam dan tak pernah terucapkan.
Hidup pejantan alfa yang penuh pengorbanan dan perjuangan tidak lebih dari alat bertahan hidup. Bagi Tolstoi, manusia alfa seperti Napoleon Bonaparte dan orang-orang terkenal lainnya hanyalah sebagai penanda bab dalam kitab sejarah hidup umat manusia, satu bab dimulai dan akan ditutup dengan tragis oleh awal bab yang baru, manusia alfa yang lain.
Lihatlah kehidupan modern saat ini, laki2 alfa adalah laki2 yang punya kekuasaan, kekuasaan adalah uang. Semua orang bekerja lebih keras dan lebih lama untuk memperjuangkan status alfa, laki-laki sukses, dan semua itu hanyalah untuk bertahan hidup, untuk mendapatkan kekuasaan meneruskan keturunannya dengan aman. Barangkali kita memang belum beranjak jauh dari logika kebringasan binatang dan ketakutan akan ketiadaan. Hidup untuk bertahan hidup, sebuah konsep yang menempatkan kita pada kapal yang sama dengan semua makhluk hidup di bumi ini.
Posting Komentar 0 komentar: