Friendship

Friendship
Friendship

Into the Wild

Adventure

Minggu, 28 Juni 2009

0 Konsep Omong Kosong

Apa yang diinginkan oleh seorang laki-laki atau oleh semua orang?

Jika harus menjawab pertanyaan ini, jawabannya adalah semuanya, semua yang bisa dimiliki. Akan tetapi setelah memiliki semuanya, ia takkan terbebas dari keinginan yang lebih dalam lagi. Seperti sebuah kotak pandora yang didalamnya berisi keinginan.
Kebebasan harusnya adalah satu-satunya yang diinginkan, namun kebebasan memiliki dua wajah yang saling bertentangan. Semakin seseorang memiliki sesuatu yang berarti, semakin kebebasannya terampas, karena ia harus menjaga yang dimilikinya tersebut. Memiliki suara yang indah, seorang penyanyi harus rela tidak makan sambal, gorengan, dan segala hal yang dapat merusak suaranya. Memiliki wajah yang cantik seseorang perempuan harus berhati-hati tidak berada di bawah terik terlalu lama. Memiliki tubuh yang seksi seseorang harus menjaga makanannya dan tetap berolah raga secara teratur. Memakai baju yang bagus seseorang tidak akan berani duduk begitu saja di tanah. Jadi sebenarnya memiliki sesuatu berarti kehilangan sesuatu yang lain pada saat yang sama. Untuk mendapatkan sesuatu diperlukan pengorbanan yang sepadan.
Dengan demikian yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kebebasan hasilnya adalah kehilangan kebebasan yang lain. Sangat disayangkan manusia terjebak dalam labirin kehidupan yang sepele. Semua orang berputar-putar untuk pada akhirnya kembali ke tempat yang semula. Puncak dari semua keinginan adalah tidak menginginkan apa-apa.
Manusia terikat oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat fisik maupun non-fisik. Kebutuhan dasar fisik sebenarnya sederhana saja, yaitu syarat minimal untuk hidup, sesuap nasi dan seteguk air. Namun kebutuhan akan pengakuan, harga diri, adalah kebutuhan yang membuat manusia membangun peradabannya. Nilai-nilai yang dianggap penting seperti kekayaan, keindahan, kekuasaan, menjadi wacana sepanjang kehidupan ini yang sesungguhnya tidak berarti apa-apa selain sebuah konsep omong kosong yang seolah-olah dipahami bersama-sama.
Di jaman post-modernism manusia telah mulai lelah dengan semua konsep itu. Setiap orang bebas memiliki persepsi sendiri tentang semua hal. Nilai-nilai yang selama ini dianggap sakral telah kehilangan hegemoninya. Beberapa orang telah memasuki jaman itu, namun kebanyakan masih tertinggal dan hidup di jaman modern, di jaman klasik, bahkan ada yang masih hidup di jaman jauh sebelum itu. Seseorang yang sangat cantik menurutku adalah seseorang yang biasa-biasa saja bagi orang lain. Kecantikan adalah sebuah konsep yang personal. Konsep tersebut tidak sakral dan dapat berubah kapan saja, sama seperti semua konsep yang lainnya. Oleh karena itu sebaiknya setiap orang mengambil jarak dari konsep yang dimilikinya, jangan sampai ia tersesat di labirin yang diciptakannya sendiri.

0 Pragmatis, Skeptis, Sinis

Aku bukan orang cacat, aku tidak mau berada di tempat ini terus-menerus hingga akhir hayat. Di sudut itu buku-buku berantakan tak tertata. Setiap kali melihat ke sudut itu aku berjanji akan segera menyingkirkannya. Tapi sejak berbulan-bulan lalu keadaannya masih sama, malah semakin bertambah dari hari ke hari seperti borok yang tak kunjung sembuh.
Kulihat lewat jendela hujan masih jatuh satu dua. Jendela itu sudah lapuk tertimpa hujan setiap hari. Setiap kali membukanya selalu muncul perasaan khawatir jendela itu akan lepas.
Kulihat bayangan di cermin, sepasang mata yang putus asa, yang takkan lama lagi terpejam bersama selimut kumal, lembar-lembar kertas bekas catatan kuliah seminggu yang lalu, dan seekor kucing yang selalu setia menunggui tempat tidur itu. Bau apek puntung rokok yang berjubelan di sudut-sudut kamar terasa menyengat. Tempat itu seperti penjara yang memiliki tangan-tangan gaib yang selalu memegangi tubuh dan kepalaku.
Aku selalu berpikir tentang pekerjaan beberapa hari ini, dan banyak hal lain tentang hidup. Kadang merasa beruntung, tapi seringnya putus asa karena tidak pernah lepas dari penjara imajinatif yang mengungkung. Sekali-kali juga ingat keluarga yang tampak begitu kualahan menjalani hidup. Mereka tidak menyerah. Orang-orang sederhana juga berpikir sederhana, tak banyak yang dikhawatirkan.
Segala sesuatu berubah, kebanyakan menjadi lebih buruk dan rusak. Semua benda pada akhirnya hanyalah sampah yang merepotkan dan kebahagiaan, kejadian-kejadian, pada akhirnya hanyalah ingatan yang terselip di antara ingatan-ingatan yang mudah terlupakan, atau menjadi beban yang selalu terbawa.
Dari sudut ini keputusasaan itu muncul seperti kanker. Menggerogiti masa muda yang seharusnya gaduh dan sibuk. Aku pun tahu, seharusnya hidup tidak seperti ini. Aku selalu melihat akhir dari segalanya. Maka pada hakikatnya semua tujuan adalah sama saja, akan berakhir pada satu titik pada waktu dan tempat tertentu. Tidak ada yang istimewa.
Dari kamar sebelah selalu terdengar suara game komputer yang dimainkan hampir sepanjang hari. Orang-orang malas yang lain, tapi mereka jauh lebih beruntung karena tidak dihantui pikiran-pikiran sepertiku. Mereka orang-orang yang menikmati hidup. Menjalani hidup dengan santai, mengikuti arus dan tidak terlalu ambil pusing dengan apa pun terlebih lagi moral. Orang-orang seperti itulah yang lebih sering beruntung. Tidak perlu lulus tepat waktu dan kemudian menganggur untuk beberapa tahun sebelum pada akhirnya mendapat kerja dan berkeluarga.
Aku sering percaya hidup memang sudah ditakdirkan. Tapi berbaring saja di tempat ini tidak mengubah apa pun.
Dengan segala tekanan itu, udara terasa semakin sempit dan kotor. Dunia ini tak lebih dari kamar pengap raksasa yang serba berantakan dan bau. Itulah simpulanku sementara.
Dari kamar sebelahnya lagi terdengar suara cumbuan sepanjang waktu. Keduanya sudah merasa seperti suami-isteri kaya yang berbulan madu. Menganggap orang lain kacung yang harus membersihkan sampah mereka. Menambah berantakan dan sumpek kontrakan ini. Pasti dunia akan lebih baik jika jumlah orang-orang seperti itu berkurang, orang-orang yang tidak punya malu. Bagaimana kan kulanjutkan hidupku dengan semua beban ini. aku sudah muak mengumpat dalam hati. Kuanggap semua itu adalah hantu-hantu yang bergentayangan yang memiliki dunia yang berbeda denganku. Jika aku tak sanggup mengabaikannya maka akulah yang seharusnya pergi sebab hantu tidak punya pikiran.
Namun dari semua itu, yang paling horor adalah waktu yang terus mengejar.
Aku ingin terbebas dari rasa putus asa itu. Kemudian seperti banyak orang lainnya, aku mulai mencari pelarian. Pelarian pertama adalah musik. Aku mendengarkan musik setiap hari melalui MP3 player namun setelah sekian lama aku tetap tidak terbebas. Yang kusangka sebagai pembebas ternyata adalah belenggu yang lain, terasa bosan dan lelah mendengarkan musik setiap saat. Aku merindukan keheningan.
Aku selalu bertanya di manakah letak kebahagiaan itu, sedangkan kepuasan jika dipenuhi terus menerus nilainya akan semakin berkurang kemudian pada titik tertentu akan hilang dan berubah menjadi kesengsaraan. Sebuah paradox kehidupan yang diam-diam disadari oleh semua orang. Jadi hidup ini memang sebuah drama yang akhirnya selalu memilukan.
Setelah itu aku mencoba mempelajari filsafat dan agama yang menuntunku ke alam yang sunyi dan kosong. Aku ingin mencari kesejatian hidup namun aku tidak ingin mendapatkannya.
Lalu aku menyibukkan diri dengan hewan peliharaan, ikan dan kucing. Namun pada akhirnya dilema mengepungku. Aku memberi makan kucing itu dua ribu rupiah sehari namun menolak memberi uang pada pengemis dan anak jalanan. Aku tidak mau begitu dan segera mengakhirinya. Aku tidak tahu kenapa begitu pelit padahal uang yang kuperoleh bukanlah hasil kerjaku. Uang itu seperti datang dari langit dan aku menyembunyikannya untuk makanan rayap. Tapi memang kalau dipikir dengan jalan itu segalanya menjadi begitu sulit. Ketika kita makan di meja makan, berjuta orang kelaparan.
Memang begitulah tipikal orang-orang kita, kalau punya banyak suka menghambur-hamburkan, kalau punya sedikit, meminta-minta. Meskipun bukan orang kaya aku tidak mau meminta-minta. Hidup ini kuanggap saja sebagai perjalanan backpacking, hidup seadanya, sederhana, minimalis, jangan membebani punggung dengan terlalu banyak bawaan. Tak perlu terlalu higienis tapi juga jangan menjadi gembel.
Egois adalah sifat dasar manusia yang diturunkan dan tak pernah berkurang sedikitpun dalam perjalanan evolusi yang panjang. Aku menemukan sifat itu dimana-mana di antara teman-teman dan orang terdekat. Anehnya, justru orang asing yang sering kali berbaik hati menawarkan pertolongan yang memang sedang diperlukan. Satu lagi paradox hidup.
Mungkin lebih baik jika semuanya dibiarkan begitu saja. Tak usah berpikir terlalu serius. Mungkin jika berpikir berbeda segalanya akan terasa berbeda, jika tak berpikir sama sekali, segalanya takkan terasa.
Orang tak pernah puas, selalu merasa ada yang kurang dalam hidup ini dan selalu merasa benar. Orang-orang sepertiku tak pernah berhenti bertanya sekaligus selalu meragukan jawaban-jawaban yang mungkin, menjadi skeptis. Hidup adalah selalu tentang pertanyaan. Begitulah hidup di mataku, pertanyaan. Aku juga merasa bukan orang bodoh, setidaknya tidak lebih bodoh dari kebanyakan orang yang kukenal. Namun paradox yang lain lagi, orang-orang pintar melihat hal-hal sederhana dengan cara yang rumit sementara orang-orang kebanyakan melihat hal-hal itu dengan cara yang sederhana. Dengan demikian hidup ini selalu menjadi rumit bagi orang-orang pintar itu, orang-orang yang selalu ragu dengan segalanya. Barangkali mereka itulah orang-orang bodoh yang sejati.
Tidak ada yang berlangsung selamanya karena itulah waktu menjadi penting sekaligus tidak penting. Bagaimanapun aku berdamai dengannya, ia akan meninggalkanku begitu saja. Waktu lebih penting dari segalanya yang terantai padanya secara kejam dan dingin. Wajah rupawan, harta melimpah, ilmu yang luas tidak ada artinya sama sekali dibanding kan dengan waktu yang sesungguhnya tak terukur itu. Waktu membawa kesedihan yang lain sekaligus memberikan penawarnya.
Pada akhirnya pengalaman mengajariku untuk menjadi pragmatis. Lakukan apa yang ingin kau lakukan , yakinlah bahwa manusia bisa mengalahkan takdirnya. Meskipun tidak sepenuhnya pragmatis karena skeptis dan sinis juga bersemayam dalam diriku.
Mazhab sinis dan skeptis
Antisthenes murid Sokrates, dua puluh tahun lebih tua dari Plato, dalam beberapa hal agak menyerupai Tolstoy setelah kematian Sokrates (dan kekalahan Athena, atau muak dengan perbantahan filsafat yang berlarut-larut) menyebabkan dirinya memandang rendah segala sesuatu yang sebelumnya ia hargai. Ia tidak menghendaki apa pun kecuali kebaikan sederhana. Ia menggabungkan diri dengan para pekerja kasar dan berpikir seperti mereka. Ia tidak sepenuhnya bersikap asketis, namun ia menistakan kemewahan dan semua upaya untuk mengejar kenikmatan jasmani yang bersifat semu. "Saya lebih baik gila daripada bersuka-cita," ujarnya.

1 Tolstoy Memandang Kebenaran Agama

Xenophanes yakin bahwa tak mungkin memastikan kebenaran dalam soal-soal teologi. "Kebenaran yang pasti adalah bahwa tak seorang pun yang tahu atau akan pernah tahu, tentang dewa-dewa dan segala hal yang saya bicarakan itu. Ya, bahwa kalau pun seorang manusia kebetulan mengatakan sesuatu yang memang benar, ia sendiri pun tak tahu bahwa itu benar--tak ada lainnya kecuali dugaan."*
Kebenaran dalam agama telah diperdebatkan oleh para ahli agama dan filsuf sejak ratusan tahun namun tidak pernah menemukan titik temu. Hal ini menimbulkan pertanyaan pula mengenai kebenaran itu sendiri. "Setiap orang yang pernah pergi ke universitas percaya bahwa kebenaran adalah relatif." Berdasarkan logika tersebut yang diterima secara luas, masihkah studi dan perdebatan tentang agama diperlukan?
Merujuk pada hal ini kita kembali dihadapkan pada pandangan klasik yang menyatakan bahwa; 1) hanya ada satu agama yang benar, 2) tidak ada satu pun agama yang benar, 3) semua agama adalah benar, 4) bahwa ada satu agama yang benar dan yang lain merupakan bagian dari kebenaran itu.
Melalui cerpen "The Coffee House of Surat, Tolstoy mencoba menimbang agama-agama yang ada pada sisi mana mereka berselisih, pada sisi mana mereka berseberangan dan pada titik mana titik temu agama-agama tersebut.
Telah kita ketahui sejak awal bahwa Tolstoy melihat kehidupan sebagai takdir yang harus dijalani manusia dan manusia hanyalah salah satu bagian dari rantai sejarah yang panjang.
Dalam "The Coffee House of Surat, Tolstoy meyakini bahwa setiap agama memiliki kebenaran dalam dirinya sendiri. Seumpama kebenaran adalah suatu obyek yang dipandang dari sudut yang berbeda-beda. Dalam hal ini kebijaksanaan menempati posisi yang tinggi di matanya.


note: * dikutip dari Edwyn Bevan, Stoic and Sceptics, Oxford, 1913, hal 121.

0 Hantu Tik-tik dan Hantu Ndret-ndret yang Mengguncang Kontrakan

Sudahlah hentikan omong kosong itu! kami semua menutup kuping karena si mulut besar mulai berkotbah. Tapi semua itu kami katakan dalam hati, dan kami tidak benar-benar menutup telinga meskipun sangat ingin. Hidup ini sungguh tidak berperi kemanusiaan. Ia selalu mengoceh meskipun pasti tahu tidak ada yang tertarik mendengar ocehannya. Ingin rasanya aku memberi uang receh agar ia mengamen di tempat lain, tapi apa daya ia mengamen dengan ikhlas bhakti bina bangsa, dengan sepenuh hati, tidak seperti pengamen-pengamen yang segera pergi bila sudah dapat recehan.
Jangan salahkan kami jika hidup ini penuh dengan omong kosong dan omong kotor. Pelajaran pak botak hari ini juga membahas omong kosong itu dan pelajaran pak zulu masih saja tentang your willingness, your desire, your motivation, sambil hujan deras.
Maaf seribu kali maaf hidup kami penuh dengan sampah yang tercermin dari bau naga bos kiting dan bau kecut semprul yang ngiler dan membasahi teman-temannya, ia bahkan pernah ngileri pundaknya relawan asing ketika internasional workcamp dalam suatu perjalanan mobil, sungguh memalukan dan menjijikkan. Saking kecutnya bahkan semprul yang baru pulih dari lycan sering muntah-muntah sendiri. Tapi itu bagian dari paket, kami sudah biasa. Kami tidak sedih malah kami bahagia punya teman-teman yang juga suka nggabrul itu.
Semua itu belum seberapa. Kontrakan kotor ini tidak akan pernah lengkap dan berwarna tanpa gali pati nan norak dan tukang komplain yang berponi depan dan belakang. Beberapa orang memanggilnya superman tapi anak-anak lebih suka memanggilnya poniman, alias manusia berponi. Jika sudah saling menghina maka tersebutlah kisah tentang hantu tik-tik dan hantu ndret-ndret yang mengguncang itu.
Di sini di zaman tak tau malu ini dan di negara demokratis ini pun aku masih tidak berani menyebutkan kisah nan pilu itu karena sungguh menyangkut harga diri dan perasaan. Bayangkan ketika semprul sedang asyik masyuk sms sampai tengah malam dengan cik-cik alis ibuk, tiba-tiba muncul suara tik-tik yang misterius padahal tik-tik adalah belong to super pati alias poniman. Hantu itu telah melanggar kote etik kontrakan pegugu ini, harusnya suara yang keluar adalah cik-cik dan bukannya tik-tik karena acik dan atik itu beda. Dan ketika di rumahnya di solo, suatu malam yang romantis, semprul kembali asyik masyuk sms dengan cik-cik. Mengingat kode etik orang solo yang selalu 'alon-alon asal klakon lan ora konangan' maka hp nya di-silent. Tengah malam ibunya semprul kaget karena ada suara ndret-ndret yang misterius. Setelah tahu suara itu adalah getaran hati eh hape anaknya yang lagi romantis-romantisan, maka jadilah kisah itu menghebohkan kontrakan...
Menjadi guyonan sehari-hari, semprul yang romantis hanya menjawab, AMOR VINCIT OMNIA (Cinta mengalahkan segalanya). Salam dari kontrakan Pegugu. Maaf semua cerita dilebih-lebihkan khas penulis, sering dipanggil casper namun sebenarnya jauh lebih ngganteng dan baik hati.

0 Renungan di Puncak Gunung; Kotak Pandora

Kulihat orang-orang, pohon-pohon, danau-danau, lampu-lampu kota, semuanya dari atas gunung. Di sini tempat di mana kehidupan tampak rapuh di mana pohon-pohon tumbang dan enggan tumbuh kembali.
Di kaki Merapi, di balik gubug-gubung bambu temaram, mereka berbincang tentang batu-batu, di kaki Ungaran mereka menyedu teh pahit yang panas dari halaman gunung mereka, di Dieng mereka bercakap tentang kentang yang baru tumbuh di bukit-bukit yang mereka ukir dengan sayur dan buah-buahan. Di Merbabu mereka membicarakan sapi dan kerbau selain harga wortel yang turun saat panen tiba. Orang-orang tua masih bekerja. Mata mereka cekung, tak tahu apakah mereka telah melihat laut sepanjang hidup mereka. Apakah mereka pernah naik kereta api, ataukah mereka pernah pergi ke mall di mana semuanya terbuat dari plastik, bahkan senyum juga terbuat dari plastik. Apakah mereka telah melihat kawan-kawan mereka di kota yang mengemis untuk makan siang. Orang-orang tidak memberi apa pun selain memalingkan pandangan agar mengurangi dilema. Di manakah keluarga mereka, di manakah teman-temannya?
Mari berhenti berbicara soal moral, norma-norma atau agama, lalu apa yang terpikir? Nietscze bilang moral tercipta karena ketakutan.
Jika menyangkut kebahagiaan, apakah itu berhubungan dengan pemuasan nafsu? Makan, seksualitas, bermalas-malasan, minum alkohol, mendengarkan musik, bergurau dengan teman, menonton televisi, membaca novel, dan seterusnya. Apakah hal-hal itu adalah sumber kebahagiaan? Ataukah memegang jabatan, memiliki banyak uang, terkenal, berkuasa, memiliki tubuh yang indah dan sehat, pandai, rupawan, dan seterusnya.
Semua itu ternyata tidak bisa memberi kebahagiaan yang sebenarnya. Kebutuhan setelah terpenuhi ia berhenti di sana, selesai. Memang tidak ada yang bertahan cukup lama di dunia ini, semuanya berubah dengan cepat. Namun siapakah yang mampu menahan lapar yang hanya sebentar itu? siapakah yang mampu berpuasa dari godaan seksual yang terus menerus disodorkan tersebut? Pastilah ada namun juga pasti aku tidak pernah bertemu orang itu. Sebenarnya kita lihat dengan cara yang sederhana saja, menjadi pragmatis, mungkin lebih baik daripada skeptis atau sinis. Mungkin sama-sama tidak baiknya atau malah sama-sama tidak berguna. Jadi semua harus masuk tempat sampah agar dunia ini bersih termasuk tempat sampah itu sendiri juga harus dimasukkan ke tempat sampah dan tempat sampah yang di dalamnya tempat sampah juga harus dimasukkan ke tempat sampah.

0 Persaingan Tidak Lagi Relevan

Seperti orang lain aku tahu rahasia untuk berhasil dalam hidup ini. Banyak orang tahu apa yang harus dilakukan tapi mereka tidak melakukannya. Kemalasan, kebosanan, kurang antusiasme, adalah sebeb kegagalan. Banyak orang membuang waktu dengan berhayal sementara sebenarnya ia bisa melakukannya. Komitmen perlu dimiliki dan dijaga. Beri hidup ini makna. Hidup dalam kemiskinan dan kerja keras patut dibanggakan. Sebuah romantika hidup. Setiap tujuan pasti akan tercapai, setiap mimpi pasti akan menjadi kenyataan karena semuanya terkait. Jika seseorang menginginkan sesuatu melebihi semua orang lain, ia akan berusaha melebihi semua orang lain untuk mendapatkannya.
Persaingan tidak lagi relevan bagi orang seperti itu. Jika semua orang mandi sehari tiga kali dan dan kau sehari mandi lima belas kali maka apa yang terjadi? kau lebih bersih dari semua orang lain. Jika semua orang membaca sehari dua jam dan kau membaca sehari delapan jam maka kau akan lebih pintar dari orang lain tersebut. Semuanya sudah tertulis. Buatlah persaingan menjadi tidak relevan. Jika kau menginginkan sesuatu dengan sepenuh hati, jika memiliki semangat, persaingan tidak lagi relevan. IF YOU HAVE THE FIRE, NOTHING CAN STOP YOU.

0 Happiness

happiness, selalu menjadi kata yang ajaib. Ia hanya mau berkawan dengan orang-orang yang rendah hati, ikhlas, tulus, serta tidak mementingkan diri sendiri. Orang-orang yang kecewa, orang-orang yang tidak puas dengan apa yang diperoleh dan yang telah dimilikinya tidak akan merasa bahagia selamanya. Salah seorang Jenderal Besar dalam mitologi China bernama Zuloong berkata bahwa manusia dapat mengalahkan takdirnya, dan ia menjadi orang yang hebat karena kata-katanya tersebut.
Yang dicari-cari orang sebenarnya bukanlah harta untuk pamer,perempuan pemuas nafsu, kekuasaan menindas orang lain. Semuanya itu adalah hal-hal sepele yang dikejar oleh orang-orang bodoh karena menafsirkan kebahagiaan dengan ukuran-ukuran yang keliru.
Orang-orang yang memilih tersenyum ketika kecewa, yang membantu orang dengan tulus, yang memberi dengan ikhlas, yang tidak takut kehilangan apapun adalah orang yang telah bebas dan meraih kebahagiaan. Selama masih terikat oleh nafsu-nafsu rendah seseorang tidak dapat merasakan kebahagiaan. Barangkali demikian itulah inti sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu yang mashur itu. Banyak orang ingin memahaminya untuk mencapai kesempurnaan hidup dengan laku yang macam-macam. Sesungguhnya kesempurnaan hidup itu adalah kesempurnaan perilaku yang dimiliki yang dicerminkan oleh sifat-sifat Tuhan yang baik yang dapat dipahami oleh manusia.
Kisah tentang iblis yang terusir dari surga adalah sebuah pelajaran bahwa orang yang sombong yang merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya tidak akan pernah merasakan kebahagiaan di mana pun ia berada.
Banyak yang bilang bahwa hidup ini tidak adil, mereka merasa bahwa mereka seharusnya mendapatkan lebih banyak lagi; harta yang lebih banyak, istri yang lebih cantik, kekuasaan yang lebih besar. Sebenarnya yang terjadi adalah Tuhan telah begitu bermurah hati namun mereka tidak bersyukur. Untuk orang-orang seperti itu kebahagiaan akan semakin menjauh.

0 Meaning

Just as poststructuralism argues that a text's meaning is constantly changing because it is the product of the ever changing context of language, of the interactive play of linguistic relations between it and other texts (including the embodied textual formation and practices we identify as our reading and writing selves); so Dewey argues that the work's meaning is constantly changing (Shusterman, Richard. 1992 p.31).
When I think different, I see everything different. Work can be a burden and it can be a pleasure just like having pets, reading, excercise, etc.
Lately I read less than usually. I don't know how could it be. I should be working rather than day-dreaming. I see people waste their time in their own way. I don't want to do the same things. Life is limited, at least it is limited by the time. I have to keep working on everything I am doing. To give a meaning on this meaningless life.

0 Tentang Sampah dll

Aku masih melihat sampah berserakan di tempatku tinggal. Sebulan yang lalu atau dua bulan yang lalu atau jauh sebelumnya aku telah berkomitmen untuk melenyapkan semua sampah di tempat itu, semuanya tanpa terkecuali. Tetapi lihatlah tempat itu sekarang, masih dipenuhi sampah yang berserakan, sampah plastik, daun-daun, kertas, botol-botol, aneka sisa makanan, semuanya berdesakan menunjukkan eksistensinya.
Dulu aku juga berjanji untuk membaca buku seratus atau dua ratus halaman setiap hari, namun hal itu sekarang tinggal cerita. Aku juga pernah berjanji untuk bersama seorang teman perempuan hingga lulus, ternyata juga tidak bertahan lama, aku menganggapnya suatu kebodohan. Dan belum lama yang lalu aku berjanji untuk menerjemah setiap hari hingga sepuluh halaman, namun tidak pernah kulakukan hingga sekarang. Banyak hal yang menunggu kesempurnaan tetap menunggu seperti sedia kala. Sekarang, hari ini, detik ini aku menentukan tujuan hidupku, menjadi penulis. Aku akan menulis semua yang kupikirkan tidak peduli apakah hal itu baik atau buruk biarlah orang lain yang menilainya karena aku tidak punya kepekaan seperti itu dan juga yakin hal itu tidaklah mutlak. Penulis yang buruk adalah penulis, begitu kata orang bijak, seperti halnya mahasiswa yang bodoh adalah mahasiswa. Semua orang hidup dalam sebuah frame yang disebut identitas. Dan beruntunglah karena identitas itu bisa diciptakan sendiri. Aku adalah seorang penulis.

Kamis, 25 Juni 2009

0 Di Luar Masih Saja Gelap

‘Apa yang kau ketahui tentang Indonesia,’ kataku. ‘Indonesia punya dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan di Indonesia setiap hari hujan, pada musim kemarau kadang-kadang hujan kadang-kadang panas.’
Menarik, kataku dalam hari. Aku sebagai orang Indonesia asli tidak pernah menyadari hal itu. Memang benar beberapa hari ini masih sering hujan meski seharusnya ini sudah musim kemarau. Bunyi tonggeret sering terdengar di sore hari, musim sudah berubah, sulit ditebak.
Di sore hari hujan selalu turun, secangkir kopi hangat atau secangkir teh hangat membawa lamunan orang-orang pada mimpi-mimpi mereka yang tak pernah diraih. Dan sore ini hujan turun dengan lebat disertai angin yang berhembus kencang. Aku sudah bosan menghabiskan waktu dengan melamun, namun hanya itu satu-satunya yang bisa dilakukan. Menatap segalanya dari jauh seolah aku tidak terlibat dalam hidup ini yang selalu asing.
Di luar masih gelap karena mendung yang tebal. Aku dari dalam sini menatap hujan itu tanpa perasaan apa pun, karena barangkali hujan juga tidak punya perasaan untuk dibagi. Aku tidak ragu untuk mengabarkan padanya bahwa aku sedang gelisah, entah karena apa aku tidak pernah benar-benar tahu. Barangkali karena pekerjaan yang terbengkalai, barangkali karena hal lain. Aku ingin memikirkannya sejenak namun mungkin sama seperti yang lalu-lalu, tidak kutemukan apa-apa selain waktu yang berlalu tanpa sadar dan pekerjaan semakin menumpuk.
Sebenarnya aku termasuk orang yang yakin bahwa hidup itu gampang diraih dengan keyakinan. Tidak ada yang begitu berat dalam hidup ini. Dan hidup ini terlalu singkat untuk diratapi.

0 PARADOX

Secara harfiah paradox berarti lawan asas. Misalnya penjahat malah dilindungi oleh negara, kebo nusu gudel, pagar makan tanaman, dan banyak lagi. Pokoknya kita sudah dikepung oleh paradox.
Kenapa paradox? Karena kita hidup di jaman postmodern dimana ruang dan waktu telah lebur dan orang-orang telah diracuni deconstruction yang menghendaki semua tatanan diporak-porandakan dan diganti dengan tatanan baru yang fleksibel yang bisa diulur ke sana ke mari. Setiap orang dipersilahkan (malahan ditantang) untuk menghancurkan semua sistem yang masih bisa dihancurkan. Dedengkotnya, Kang Derrida dengan lemah lembut berkata, ’go there you cannot go; to the impossible, it is indeed the only way of coming and going’. Sebuah ajakan pemurtadan terhadap ajaran lama yang sudah maton dan mendarah daging. Celakanya ajakannya itu diikuti oleh banyak orang yang tidak berdaya mempertahankan nilai-nilai kolot mereka.
Paradox sebenarnya sama sekali bukan hal yang baru. Dalam dunia pewayangan tersebutlah kisah begawan Wisrawa yang mengajarkan ilmu kesejatian hidup Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu pada dewi Sukesi. Mengetahui hal itu para dewa menjadi marah dan melakukan segala cara untuk menggagalkannya karena jika tidak, manusia akan menjadi sempurna. Akhirnya dewi Uma merasuk ke dalam tubuh dewi Sukesi dan betara Guru merasuk ke dalam tubuh begawan Wisrawa hingga terjadi hubungan suami-istri yang menyebabkan ilmu tersebut gagal disampaikan. Dan dari hubungan tersebut lahirlah Rahwana, raksasa buruk rupa yang angkara murka.
Di Yunani Narcissuss dikutuk oleh para dewa jatuh cinta pada bayangannya sendiri gara-gara ia menolak cinta salah seorang dewi kayangan hingga ia mati tenggelam karena terpukau oleh cerminan wajahnya di kolam.
Dalam suatu kisah lain disebutkan seorang anak bernama Samiri diselamatkan oleh Malaikat Jibril dari kaumnya yang diazab Tuhan, kemudian anak tersebut dibesarkan dibawah pengawasan Jibril, namun ketika dewasa ia menjadi mahluk paling durhaka yang lebih dikenal dengan nama Dajjal, sementara seorang anak lain yang dibesarkan dibawah pengawasan raja angkara murka Firaun dari Mesir menjadi nabi yang agung yang bernama Musa a.s.
Kisah-kisah tersebut barangkali memang hanya mitos namun menggambarkan bahwa hidup ini dibolak-balik tetap menggelikan dan sering tidak masuk akal. Seperti halnya aku cinta dia, dia cinta kamu, kamu cinta yang lain lagi. Untuk kisah paradox yang tulen, silahkan baca Alice in the Wonderland.

0 Dunia Yang Mengambang

Dunia Yang Mengambang

Guys, pernahkah kalian berpikir kapan waktu sekarang benar-benar terjadi? Waktu sekarang langsung menjadi masa lalu begitu ia tiba, karena pergeseran waktu dari masa lalu-sekarang-yang akan datang tidak lebih dari 1/...juta detik. Begitu orang berkata sekarang jam lima, maka nilai kebenarannya relatif benar bukan absolut benar.

Semua kebenaran sebenarnya dari sisi ini adalah relatif, sementara kebenaran dalam matematika adalah kebenaran yang ideal yang mana mensyaratkan kondisi-kondisi yang ideal pula yang tidak mungkin terpenuhi dalam bumi manusia yang tidak sempurna ini, oleh karena itu matematika selalu menggunakan perumpamaan. 1+1=2 bisa terjadi demikian karena terjadi kondisi ideal dimana bilangan 1 keduanya memiliki nilai dan kualitas yang sama yang keduanya tidak dipengaruhi oleh faktor apapun selain tambah (+), tetapi jika satu kucing ditambah satu tikus maka hasilnya barangkali akan berbeda, atau satu kucing betina ditambah satu kucing jantan hasilnya juga akan berbeda.

Dengan demikian kita dihadapkan paradox yang pertama, yaitu, kebenaran seharusnya mutlak namun kenyataannya tidak ada yang mutlak di dunia ini...

Sekarang jika ada pernyataan, 'gadis itu sangat cantik' maka berdasarkan analisa yang sudah disampaikan nilai kebenarannya adalah relatif, bahkan setiap pernyataan dari yang paling bodoh sampai yang paling jenius, nilai kebenarannya adalah relatif.

Sebagai mahasiswa sastra yang bangga dengan omong kosong, marilah kita ambil hikmahnya bahwa:

Mahasiswa yang bodoh adalah mahasiswa

Sepatu yang murah adalah sepatu

Novel yang jelek adalah novel

Baju yang lusuh adalah baju...

Artinya bahwa hakikat dari segala sesuatu tidak tergantung pada partikel yang melekat pada sesuatu tersebut, kalau sudah demikian hidup ini baru terasa menarik.

Selasa, 16 Juni 2009

0 Orang-orang Penting

Waktu berlalu begitu cepat ketika kupejamkan mata. Sebenarnya aku tidak ingin tertidur agar ia tidak meninggalkanku tanpa kusadari. Aku melewatkan banyak hal yang harusnya tidak kulewatkan. Kutempelkan gambar the beatles di dinding kamar. Dulu mereka sangat terkenal, sekarang mereka telah ditelan waktu. Masa mereka telah lewat sejak lama. Ketenaran itu tidak ada artinya sama sekali.
Memang benar setiap orang ingin dianggap penting. Setiap orang melakukan hal-hal yang akan membuatnya menjadi penting. Orang meninggikan suaranya agar ia lebih didengar orang lain. Orang bekerja dengan giat agar memperoleh uang lebih banyak atau posisi yang lebih baik dari pada orang lain, semuanya agar ia diaggap penting. Orang membuat kartu nama agar ia dikenal oleh lebih banyak lagi orang.
Manusia sebenarnya hanya membutuhkan sedikit materi untuk hidup, selebihnya hanyalah untuk pamer. Motivasinya bermacam-macam, namun pada dasarnya ia ingin menegaskan eksistensinya. The beatles masih eksis hingga sekarang, musiknya masih didengar, mereka masih dibicarakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Apakah hal itu masih berarti bagi mereka sekarang yang sudah tidak berada di dunia ini lagi?
Barangkali hanya beberapa orang saja yang menyadari kalau aku ada di dunia ini sekarang, keluarga, teman-teman dekat, mungkin beberapa dosen. Jika aku pergi atau mati mendadak, tidak banyak orang yang tahu dan lebih sedikit lagi yang peduli.
Setiap hari aku berpikir tentang masa depan hingga aku lupa sekaranglah aku benar-benar hidup. Dan aku hanyalah satu di antara enam milyar manusia yang menginginkan sesuatu lebih baik untuk masa depan, sebuah gagasan tentang waktu yang banyak menyita waktu sekarang. Aku merasa tidak pernah melakukan sesuatu dengan cukup baik.
Pada event yang besar seperti piala dunia, kita menyaksikan ribuan orang mengelilingi sebuah lapangan yang di dalamnya terdapat dua puluh dua orang pemain sepak bola dan beberapa wasit. Dalam hal itu, orang-orang pasti menganggap bahwa dua puluh dua orang itulah yang paling penting, bukan wasit, bukan penonton, bukan wartawan, bukan tukang sapu, bukan penjaga parkir. Padahal tanpa mereka semua, permainan sepakbola tersebut tidak lebih dari permainan yang setiap hari dilakukan ketika mereka berlatih . Jika kita ambil satu konponen saja, misalnya bola, atau gawang, atau lapangan, apa saja, maka pertandingan itu tidak akan terjadi. Penonton adalah sama pentingnya dengan para pemain itu. Dan semua itu terjadi pada satu titik waktu pada rentang garis waktu yang tak seorangpun tahu di mana titik akhirnya. Semua titik-titik kejadian itu yang bersama-sama membentuk sejarah adalah hal yang pasti akan dilupakan. Apa yang penting dan berharga sekarang tidak akan bertahan lama. Barang-barang yang berhenti kita gunakan segera menjadi sampah, teman-teman dan sahabat yang berhenti kita kunjungi segera menjadi orang lain, perempuan yang berhenti kita cintai segera menjadi orang lain.
Jika sekarang aku ditanya apa yang paling penting dalam hidup ini, aku tidak bisa menjawab dengan pasti, namun akan kujawab 'cinta'. Barang-barang yang masih kita gunakan, teman-teman yang masih kita sapa, perempuan yang masih kita kagumi, buku-buku yang masih kita baca. Jika tidak cinta, semua benda itu adalah sampah, semua orang itu adalah orang asing atau musuh, semua kenangan itu adalah kejadian untuk dilupakan.