Friendship

Friendship
Friendship

Into the Wild

Adventure

Minggu, 28 Juni 2009

1 Tolstoy Memandang Kebenaran Agama

Xenophanes yakin bahwa tak mungkin memastikan kebenaran dalam soal-soal teologi. "Kebenaran yang pasti adalah bahwa tak seorang pun yang tahu atau akan pernah tahu, tentang dewa-dewa dan segala hal yang saya bicarakan itu. Ya, bahwa kalau pun seorang manusia kebetulan mengatakan sesuatu yang memang benar, ia sendiri pun tak tahu bahwa itu benar--tak ada lainnya kecuali dugaan."*
Kebenaran dalam agama telah diperdebatkan oleh para ahli agama dan filsuf sejak ratusan tahun namun tidak pernah menemukan titik temu. Hal ini menimbulkan pertanyaan pula mengenai kebenaran itu sendiri. "Setiap orang yang pernah pergi ke universitas percaya bahwa kebenaran adalah relatif." Berdasarkan logika tersebut yang diterima secara luas, masihkah studi dan perdebatan tentang agama diperlukan?
Merujuk pada hal ini kita kembali dihadapkan pada pandangan klasik yang menyatakan bahwa; 1) hanya ada satu agama yang benar, 2) tidak ada satu pun agama yang benar, 3) semua agama adalah benar, 4) bahwa ada satu agama yang benar dan yang lain merupakan bagian dari kebenaran itu.
Melalui cerpen "The Coffee House of Surat, Tolstoy mencoba menimbang agama-agama yang ada pada sisi mana mereka berselisih, pada sisi mana mereka berseberangan dan pada titik mana titik temu agama-agama tersebut.
Telah kita ketahui sejak awal bahwa Tolstoy melihat kehidupan sebagai takdir yang harus dijalani manusia dan manusia hanyalah salah satu bagian dari rantai sejarah yang panjang.
Dalam "The Coffee House of Surat, Tolstoy meyakini bahwa setiap agama memiliki kebenaran dalam dirinya sendiri. Seumpama kebenaran adalah suatu obyek yang dipandang dari sudut yang berbeda-beda. Dalam hal ini kebijaksanaan menempati posisi yang tinggi di matanya.


note: * dikutip dari Edwyn Bevan, Stoic and Sceptics, Oxford, 1913, hal 121.

Posting Komentar 1 komentar:

14 Februari 2010 pukul 11.30 Anonim mengatakan...

real good...
humans are only allowed to give opinion, none of them have the capability to provide the answer...
truth is nowhere, there lies only faith...
actually, humans are afraid of change...
humans need changes, open to the new ideas and opinion...

Posting Komentar