‘Apa yang kau ketahui tentang Indonesia,’ kataku. ‘Indonesia punya dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada musim hujan di Indonesia setiap hari hujan, pada musim kemarau kadang-kadang hujan kadang-kadang panas.’
Menarik, kataku dalam hari. Aku sebagai orang Indonesia asli tidak pernah menyadari hal itu. Memang benar beberapa hari ini masih sering hujan meski seharusnya ini sudah musim kemarau. Bunyi tonggeret sering terdengar di sore hari, musim sudah berubah, sulit ditebak.
Di sore hari hujan selalu turun, secangkir kopi hangat atau secangkir teh hangat membawa lamunan orang-orang pada mimpi-mimpi mereka yang tak pernah diraih. Dan sore ini hujan turun dengan lebat disertai angin yang berhembus kencang. Aku sudah bosan menghabiskan waktu dengan melamun, namun hanya itu satu-satunya yang bisa dilakukan. Menatap segalanya dari jauh seolah aku tidak terlibat dalam hidup ini yang selalu asing.
Di luar masih gelap karena mendung yang tebal. Aku dari dalam sini menatap hujan itu tanpa perasaan apa pun, karena barangkali hujan juga tidak punya perasaan untuk dibagi. Aku tidak ragu untuk mengabarkan padanya bahwa aku sedang gelisah, entah karena apa aku tidak pernah benar-benar tahu. Barangkali karena pekerjaan yang terbengkalai, barangkali karena hal lain. Aku ingin memikirkannya sejenak namun mungkin sama seperti yang lalu-lalu, tidak kutemukan apa-apa selain waktu yang berlalu tanpa sadar dan pekerjaan semakin menumpuk.
Sebenarnya aku termasuk orang yang yakin bahwa hidup itu gampang diraih dengan keyakinan. Tidak ada yang begitu berat dalam hidup ini. Dan hidup ini terlalu singkat untuk diratapi.
Posting Komentar 0 komentar: