Believe it or not, possession is a burden. More possession won’t give you peace nor fulfillment. Keep all your stuffs and your life will be busy to manage it. A man can survive with a gulp of water and a bite of bread, why should he wants more? Greedy.
Nomadic people don’t have anything. They don’t have houses. They have a plenty time for family, friends, to play, hunt, enjoy life. They do what they really want.
Now people are doctrined that the purpose of life is to be rich, plenty of stuffs, consume more and more. Social admission, external validation, success, having and consuming more than other people. They don’t really care about global warming, pollution, hunger, war, disease. What they care is television 100 channels, new computers, fashion, and so on. They are consumers. They live to consume and consume, to be dictated by market.
They have to pay so much for such living style. They work 8-14 hours a day 6 times a week. They feel depressed but they do not have a choice. They never do what they really want. “Only rich can do what they want” they think, therefore they have to be rich, work harder and longer. Actually when they get rich, still they can’t do what they really want. They have to manage their business carefully. Business competition is tight. Now they can’t even blink an eyes and relax for their business can collapse anytime and all their effort to get their possession will be vanish. They envy common people for their life not so complicated, just work and get paid and relax in week ends with friends and families. After being rich, they have power, they have money, but still they do not have freedom. Everything is on schedule. They sleep in luxury bed with a supermodel, but they feel no peace nor fulfillment. Their smile is fake and their relation is merely a transaction. They feel unhappy deep within without knowing why. Their pig-like-body fails them to satisfy their wife on bed. More stuff make them less happy.
Jumat, 07 Oktober 2011
Rabu, 05 Oktober 2011
0 Kebahagiaan, Sebuah Ilusi
Sebuah konsep, ide, gagasan yang mempengaruhi hidup begitu banyak orang, menjadi tujuan, mimpi, cita-cita makluk yang bernama manusia. Kebahagiaan.
Menurut survei, ada dua hal yang paling sering muncul yang membuat orang bahagia;pekerjaan dan cinta. Menurut Daniel Kahneman, salah seorang peraih nobel, studi tentang kebahagiaan dapat dianalisa melalui dua gagasan, pengalaman dan memori. pengalaman bahagia dan memori bahagia merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Misalnya ketika seseorang menikmati sebuah lagu yang indah selama 10 menit, kemudia diakhir lagu tersebut terdapat kerusakan pada CD nya, maka pengalaman bahagia selama 10 menit itu pun ikut hancur oleh beberapa detik kerusakan di akhir lagu. Dengan demikian akhir sangat menentukan. Menurut Paul Bloom, salah seorang dosen psikologi di Yale Univesity, kebahagiaan manusia itu tidak sensitif oleh keadaan. Kebahagiaan tidak akan banyak berubah meskipun seseorang mengalami peristiwa yang besar (baik menyenangkan maupun menyedihkan) dalam hidupnya. Kebahagiaan tersebut pada waktu tertentu yang tidak begitu lama akan kembali pada level kebahagiaan orang tersebut seperti sedia kala. Seorang periang yang dipenjara akan tetap menjadi orang yang periang, seorang pemurung yang memperoleh kekayaan yang besar juga akan tetap menjadi pemurung setelah beberapa waktu.
Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, dalam istilah Nietsze, kekuasaan dan kesenangan. Semua agama menyodorkan surga (baca:kebahagiaan) kepada penganutnya yang taat. Dari sisi memori dan pengalaman sendiri, yang mana memori mengungguli pengalaman, kebahagiaan (dengan demikian) hanyalah ilusi. Dan karena kebahagiaan itu tidak banyak berubah apapun yang terjadi, maka bila seseorang tidak bahagia dengan keadaannya sekarang, maka ia tidak bahagia apapun keadaanya kemudian di masa mendatang. Kebahagiaan ini membentuk sebuah track di otak manusia yang kemudian memberikan bentuk fisik seseorang tersebut, mempengaruhi bentuk rahang, postur, dan sebagainya.
Banyak orang mengira bahwa kekayaan adalah sumber utama kebahagiaan. Kebahagiaan memiliki paradoksnya sendiri. Apapun yang disebut "kebahagiaan" atau "kesenangan" levelnya akan menurun setelah diperoleh dan menjadi sesuatu yang biasa bila dipenuhi terus-menerus. Pada akhirnya orang yang mengendarai mobil dengan orang yang mengendarai sepeda memiliki level kebahagiaan yang sama karena keduanya telah menjadi "kebiasaan".
Menurut survei, ada dua hal yang paling sering muncul yang membuat orang bahagia;pekerjaan dan cinta. Menurut Daniel Kahneman, salah seorang peraih nobel, studi tentang kebahagiaan dapat dianalisa melalui dua gagasan, pengalaman dan memori. pengalaman bahagia dan memori bahagia merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Misalnya ketika seseorang menikmati sebuah lagu yang indah selama 10 menit, kemudia diakhir lagu tersebut terdapat kerusakan pada CD nya, maka pengalaman bahagia selama 10 menit itu pun ikut hancur oleh beberapa detik kerusakan di akhir lagu. Dengan demikian akhir sangat menentukan. Menurut Paul Bloom, salah seorang dosen psikologi di Yale Univesity, kebahagiaan manusia itu tidak sensitif oleh keadaan. Kebahagiaan tidak akan banyak berubah meskipun seseorang mengalami peristiwa yang besar (baik menyenangkan maupun menyedihkan) dalam hidupnya. Kebahagiaan tersebut pada waktu tertentu yang tidak begitu lama akan kembali pada level kebahagiaan orang tersebut seperti sedia kala. Seorang periang yang dipenjara akan tetap menjadi orang yang periang, seorang pemurung yang memperoleh kekayaan yang besar juga akan tetap menjadi pemurung setelah beberapa waktu.
Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan, dalam istilah Nietsze, kekuasaan dan kesenangan. Semua agama menyodorkan surga (baca:kebahagiaan) kepada penganutnya yang taat. Dari sisi memori dan pengalaman sendiri, yang mana memori mengungguli pengalaman, kebahagiaan (dengan demikian) hanyalah ilusi. Dan karena kebahagiaan itu tidak banyak berubah apapun yang terjadi, maka bila seseorang tidak bahagia dengan keadaannya sekarang, maka ia tidak bahagia apapun keadaanya kemudian di masa mendatang. Kebahagiaan ini membentuk sebuah track di otak manusia yang kemudian memberikan bentuk fisik seseorang tersebut, mempengaruhi bentuk rahang, postur, dan sebagainya.
Banyak orang mengira bahwa kekayaan adalah sumber utama kebahagiaan. Kebahagiaan memiliki paradoksnya sendiri. Apapun yang disebut "kebahagiaan" atau "kesenangan" levelnya akan menurun setelah diperoleh dan menjadi sesuatu yang biasa bila dipenuhi terus-menerus. Pada akhirnya orang yang mengendarai mobil dengan orang yang mengendarai sepeda memiliki level kebahagiaan yang sama karena keduanya telah menjadi "kebiasaan".