Friendship

Friendship
Friendship

Into the Wild

Adventure

Senin, 13 Juli 2009

0 Pak Tua yang Kesepian

Di langit penuh bintang. Ada yang berkelip-kelip antara nampak dan tidak nampak, ada yang bersinar benderang seperti lampu neon. Siapakah yang berani menjamin yang benderang itu lebih besar, lebih megah, lebih segalanya dari yang kelap-kelip itu? Bisa saja bintang yang kelap-kelip itu seribu kali lebih besar dari matahari, seribu kali lebih panas, dan seribu kali lebih agung. Siapa tahu..., ya siapa tahu.
Banyak manusia disesatkan keyakinan mereka sendiri. Mereka dengan gegabah mengira apa yang kelihatan besar itu benar-benar besar dan apa yang kelihatan kecil itu benar-benar kecil.
Orang tua itu selalu menatap langit. Seperti sang Nabi yang sedang resah menunggu wahyu. Bukan cuma langit yang memukaunya, juga laut, juga malam.
Di malam yang sunyi ia selalu pergi ke tepi laut di mana langit, laut, dan malam menyatu dan bintang-bintang dan debut ombak.
Orang-orang tak pernah tahu dari mana orang tua itu berasal. Tak seorang pun mengenalnya. Beberapa hari ini aku tidak melihatnya di sekitar pantai, padahal biasanya menjelang Isya' aku selalu melihatnya berjalan menyusuri pantai. Namun anehnya ia tak pernah berjalan menuju ke arahku berdiri, ia selalu berjalan menjauh hingga yang terlihat hanya punggungnya yang tampak semakin kecil, lalu menghilang. Aku sempat mengiranya hantu.
Itu peristiwa tujuh puluh tahun silam, saat itu aku berusia dua puluhan tahun. Sekarang aku pun kesepian seperti laki-laku tua itu. Aku pun menemukan kesenangan dengan berjalan-jalan menyusuri pantai tengah malam. Melihat langit penuh bintang, laut, juga malam. Seolah tujuh puluh tahun lalu aku melihat diriku yang sekarang pada laki-laki tua itu. Aku selalu bermaksud ingin berkenalan dengannya, berbincang-bincang, mendengarkan kisahnya ketika masih muda. Namun semua itu hanya ada dalam hati yang sangat jauh, lebih jauh dari bintang-bintang itu.
Begitulah sehari-hari aku menghabiskan malam dengan memandang laut, memandang langit, melamun, seolah aku tidak benar-benar melewati hari itu. Seperti mimpi. Kadang-kadang aku membayangkan, aku dilahirkan sudah dalam keadaan tua seperti ini, tanpa ayah tanpa ibu, lalu siapa yang melahirkanku?

Posting Komentar 0 komentar:

Posting Komentar