Jika kau berfokus pada masalah, maka masalah akan bermunculan.
Berpikir positip harus dikembangkan dalam setiap diri manusia. Seorang bijak mengungkapkan bahwa;
hati-hatilah dengan kata-katamu karena kata-katamu menentukan keyakinanmu,
hati-hatilah dengan keyakinanmu karena keyakinanmu menentukan perbuatanmu,
hati-hatilah dengan perbuatanmu karena perbuatanmu menentukan kebiasaanmu,
hati-hatilah dengan kebiasaanmu karena kebiasaanmu menentukan takdirmu.
Ada contoh menarik mengenai berpikir positip tersebut. Keyakinan diri yang positip terbukti dalam banyak kasus merupakan pendorong yang kuat untuk mencapai sukses.
Di sebuah perguruan tinggi di Amerika pernah diadakan penelitian mengenai hal ini. Para ahli mengadakan tes IQ pada para mahasiswa di suatu kelas. Kemudian para peneliti tersebut dengan curang menukar hasil tes IQ tersebut. Mahasiswa dengan skor IQ tinggi ditulis rendah dan yang IQ nya rendah diberi hasil tinggi. Kemudian para peneliti mengamati perkembangan mereka, dan ternyata pada akhir tahun mahasiswa yang sebenarnya skor IQ nya tinggi namun diberi hasil rendah, hasil prestasi akademiknya pun rendah sementara mahasiswa yang sebenarnya ber IQ rendah dan diberi hasil tinggi prestasi akademiknya pun tinggi. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Para peneliti itu berasumsi bahwa ketika mahasiswa yang beranggapan dirinya bodoh (yang sebenarnya IQ nya tinggi) mendapat nilai baik mahasiswa tersebut mungkin beranggapan bahwa hal itu merupakan suatu kebetulan. Sementara ketika mereka mendapat nilai yang jelek mereka menganggap hal tersebut sebagai suatu yang sudah semestinya. Ketika pada pelajaran matematika mendapat 5 mereka akan mengatakan dalam hati, "aku memang bodoh" dan ketika pada ujian berikutnya mereka mendapat 4 mereka semakin yakin bahwa mereka memang pada dasarnya bodoh. Dan mereka tidak berusaha lebih baik. Sementara mahasiswa yang IQ nya rendah tapi mengira dirinya pintar karena skor tes IQ nya tinggi akhirnya mendapat hasil yang memuaskan. Ketika mendapat nilai baik, mereka menganggap itu sudah semestinya, namun ketika mendapat nilai jelek mereka akan berkata, "aku akan belajar lebih giat lagi, masa IQ ku tinggi mendapat nilai rendah," kemudian dengan keyakinan mereka berusaha memperbaiki nilainya.
Demikianlah keyakinan diri itu menentukan tindakan seseorang. Dan banyak orang yang yakin kalau dirinya memang orang yang bodoh maka ia lalu tidak merasa perlu untuk belajar dengan tekun, tekun tidak tekun toh dia tetap bodoh, pikirnya.
Keyakinan diri seperti itu sangat mungkin berakar pada pengalamannya selama ini. Mungkin orang tua dan lingkungannya turut andil dalam menanamkan keyakinan diri yang negatif tersebut dalam dirinya. Sangat mungkin seseorang berpikir bahwa dirinya bodoh karena ia mengetahui bahwa kakeknya bodoh, orang tuanya bodoh, maka ia pun lantas berkesimpulan bahwa dirinya pun bodoh tanpa mengevaluasi bahwa kemungkinan kebodohan kakeknya dan orang tuanya disebabkan oleh tidak ada kesempatan memperoleh pendidikan misalnya, kemalasan belajar, dan sebagainya.
Jadi jika sekarang kau sedang dan masih berpikir 'aku sungguh mati tidak bisa matematika dan semacamnya maka itulah yang akan benar-benar terjadi.
YOU CAN IF YOU THINK YOU CAN
APA YANG KAU YAKINI ITULAH YANG AKAN TERJADI.
Posting Komentar 0 komentar: