Friendship

Friendship
Friendship

Into the Wild

Adventure

Rabu, 08 Januari 2014

0 Saya Takut Hidup Adalah Tentang Uang




Beberapa waktu lalu, tidak begitu lama, nenek moyang kita berjuang untuk mendapatkan makanan, dan hari  ini kita berjuang melawan hawa nafsu kita agar tidak makan terlalu banyak. Makan untuk bertahan hidup, pada suatu waktu telah mengambil alih kehidupan itu sendiri, manusia menghabiskan sepanjang waktunya untuk mencari makan dan bertahan hidup. Hari ini manusia menghadapi persoalan yang jauh lebih rumit, hidup bukan hanya tentang makanan, tapi juga tentang sampah, pemanasan global, macet, kelangkaan energy, tarif listrik dan internet, kanker, kemiskinan, hak cipta, ideologi, pornografi, korupsi dan banyak hal lainnya yang dulu tidak pernah terlintas dalam benak nenek moyang kita.
Hidup mereka lebih berat dari hidup kita sekarang, namun bukan berarti mereka lebih tidak bahagia daripada manusia modern. Manusia modern dengan segala kemakmurannya lebih rentan terhadap musuh yang lebih sulit dihadapi, yaitu dirinya sendiri, depresi, stress. Dulu hidup adalah tentang makanan, sekarang hidup adalah tentang uang. Manusia modern menciptakan mesin-mesin yang membuat mereka bekerja lebih cepat dan efisien, agar mereka punya banyak waktu untuk bersantai seperti nenek moyang mereka, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Obsesi akan uang dan sukses yang telah dijejalkan dalam otak mereka sejak kecil menyebabkan mereka tidak bisa berhenti bekerja. Mereka bekerja lebih lama dan lebih keras lagi agar mereka bisa mengkonsumsi lebih banyak, dan mereka tetap tidak merasa lebih bahagia. Mereka rela hidup dalam stress, macet, polusi, untuk meraih sukses yang meskipun mereka enggan menyebutkannya, sukses itu bernama uang. Satu-satunya pertanyaan yang relevan ditanyakan oleh semua orang ketika bertemu kawan lama adalah ‘apa pekerjaanmu’ yang secara tidak langsung mengisyaratkan ‘berapa gajimu’.  Bahagia, sukses, kaya, seolah sudah menjadi doktrin agama baru, yaitu agama kenyamanan, agama universal yang dianut oleh manusia modern melalui tananan dunia baru yang ternyata membuat manusia merasa depresi dan terasing dari ketentraman batin. Manusia tidak lagi berdoa kepada tuhan karena mereka yakin doa tidak bisa mengubah kemiskinan.
Beberapa abad lalu, Sokrates mengajarkan bahwa manusia paling bahagia adalah manusia yang paling baik, karena tidak ada manusia yang bisa bahagia dengan melakukan keburukan. Manusia yang melakukan keburukan hati kecilnya akan menolak untuk bahagia. Namun ajaran itu tidak begitu terdengar di abad ini. Orang sudah lupa bagaimana untuk berhenti sejenak dan mendengarkan nasihat orang-orang bijak. Cinta mereka pada kenyamanan telah membuat mereka menjadi obesitas dan korup.
Akhirnya, manusia berlari kencang untuk mengejar kebahagiaan, dan ketika mereka melampauinya, kebahagiaan itu telah berubah bentuk menjadi sesuatu yang lain. Dan manusia menjadi semakin depresi karena ia harus mengejar sesuatu yang selalu berubah pada saat ia menggenggamnya, dan ia tidak tahu lagi caranya berhenti. Dan terbuktilah bahwa kebahagiaan sepanjang hidup manusia adalah jadwal yang menyibukkan.

Posting Komentar 0 komentar:

Posting Komentar