Friendship

Friendship
Friendship

Into the Wild

Adventure

Minggu, 25 September 2011

0 utopia, kekuasaan dan tuhan

manusia tidak mengenal dirinya, apalagi mengenal tuhan. segala keterangan dan konsep tentang tuhan diperkenalkan melalui kitab suci berbagai agama yang berbeda-beda. orang yang menolak konsep tentang tuhan itu disebut atheis, orang yang memiliki konsep yang berbeda dari mainstream dikatakan tersesat.
ketika berbicara tentang agama, kita tidak selalu berbicara tentang tuhan. agama adalah ritual dan prosedur, tuhan adalah transenden dan imanen. bila melihat dari perspektif sejarah, konsep tentang agama maupun tuhan terus berubah seiring dengan peradaban manusia. dari anemisme-dinamisme, politheisme, hingga monoteisme, keyakinan tentang tuhan didominasi oleh mainstream yang sedikit banyak berhubungan dengan politik dan kekuasaan.
terlepas dari konsep atau aliran mana yang benar, perdebatan dan pertikaian yang melelahkan tentang tuhan tidak berhenti setelah peradaban manusia semakin maju sekarang, justru ada kecenderungan intoleransi yang semakin kuat. Mark mengatakan religion is opium of society, agama tidak memberi pencerahan namun justru menjadi masalah yang tidak jelas pangkal dan ujungnya.
seorang filsuf dan sastrawan rusia, leo nikolaef tolstoi, mencoba memperkenalkan pluralisme agama menjawab pertikaian agama saat itu melalui karyanya yang berjudul "the caffee house of surat". akan tetapi, seperti upaya-upaya dialog antar agama yang dilakukan sejak dahulu, usaha itupun seperti memberi garam di lautan.
yang menjadi masalah, mengapa agama menjadi isu sosial dan bukan isu indifidual?

tuhan
"tuhan sudah mati" demikian pernyataan Nietscze yang sangat terkenal dalam karyanya "thus spoke zarathustra". dikatakannya bahwa manusia hanya hidup di dunia ini dan tidak hidup di dunia khayalan yang disebut akhirat atau apapun janji-janji hidup sesudah mati yang disebutkan agama mayoritas saat itu. kehidupan ini berawal dan berakhir di sini, didunia yang bisa kita raba dan kita logika. oleh karenanya manusia harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri. karen armstrong dalam bukunya "sejarah tuhan" mencoba menelusuri riwayat tuhan dalam agama-agama mayoritas dari waktu ke waktu. segala kisah tentang tuhan dikatakan bersumber dari mitos-mitos yang selalu hidup dalam masyarakat bersangkutan. sekali lagi, usaha ilmiah dan rasionalisasi tentang tuhan akan dipandang sebagai bentuk kesesatan dalam agama mayoritas. sementara itu, dogma yang diajarkan agama dianggap sebagai kebenaran sejati yang tidak perlu diusik dan dipertanyakan.

manusia
tujuan hidup manusia adalah kesenangan dan kekuasaan, ini adalah pendapat Nietscze dalam konsepnya ubermench (manusia super). pandangan ini kemudian diadopsi oleh hitler untuk menyingkirkan orang-orang yang tidak 'berguna' dalam masyarakat. seperti halnya plato yang mengimpikan negara ideal (utopia) dengan model sparta, hitler juga mengimpikan negara yang kuat dan sempurna sebagai perwujudan pandangan ini. yang terjadi di sparta dan jerman masa hitler sedikit banyak menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk tidak rasional. manusia tidak dapat menolak kekuasaan dan kesenangan. agama, pada sisi yang lain juga menunjukkan minatnya pada kekuasaan, misalnya di eropa yang kemudian terkenal dengan abad kegelapan, dimana penemuan-penemuan ilmiah dianggap sebagai pandangan yang menentang otoritas gereja dan orang-orang seperti galileo dihukum mati dengan alasan menyebarkan fitnah dan penghujatan agama. masa kekhalifahan islam juga kurang menunjukkan keberhasilannya dengan pertumpahan darah karena perebutan kekuasaan dimana Ali ditikam di masjid dan Husain dipenggal dikarbala oleh orang islam sendiri, hingga saat ini pertumpahan darah di kalangan umat islam karena perbedaan paham masih sering terjadi. adalah naif untuk mengatakan bahwa tujuan manusia adalah untuk mengabdi pada tuhan, kecuali yang dimaksud tuhan adalah kekuasaan. akan tetapi manusia bukan hanya makhluk sosial, tetapi juga makhluk indifidu, dengan demikian stereotipe tidak berarti semua manusia sama. ada orang-orang seperti antisthenes (murid socrates) yang menyatakan, "i'd rather mad than please, the end of existence is not pleasure but virtue, pleasure is not only unnecessary but it's positive evil." menurutnya, tujuan eksistensi manusia bukanlah kesenangan, melainkan kebaikan. inilah yang sementara ini belum ditunjukkan oleh generasi-generasi dan agama-agama yang ada.

banyak orang akan terang-terangan menentang konsep manusia super ala nietscze, sebaliknya saya melihat gagasan itu sebagai kritik pedas terhadap manusia yang selalu menunjukkan sikap egois, menindas sesama demi kesenangannya sendiri dan membunuh tuhan dengan sikap hidup hedonis yang disangkalnya melalui kata-kata, ditutupi dengan ritual-ritual agama, dan kemunafikan. nietscze berkata bahwa tuhan sudah mati, akhirat adalah omong kosong, tujuan manusia adalah kekuasaan dan senang-senang, semua ini mencerminkan kehidupan banyak orang saat ini.